Ada kepuasan tersendiri ketika membangun sesuatu dari nol. Itulah yang saya rasakan saat menerima tantangan menyiapkan server mandiri bukan sekadar install WordPress atau upload file, tapi membangun fondasi digital dari titik nol: sebuah VPS kosong, tanpa antarmuka, tanpa arah. Saat pertama kali login via SSH, server itu masih “sunyi”. Hanya kursor berkedip, seakan menunggu perintah pertama. Dan saya memulainya dengan: apt update && apt upgrade -y Itulah tanda dimulainya hidup baru bagi server ini. Memilih Sistem Operasi dan Panel Kontrol Saya memilih Ubuntu Server karena stabil, ringan, dan banyak dukungan komunitas. Lalu saya memasang aaPanel, sebuah control panel open-source yang ramah bagi pengguna non-teknis, namun tetap fleksibel untuk power-user. Begitu panel terpasang, VPS kosong tadi berubah menjadi dashboard interaktif dengan fitur lengkap. Saya: Mengaktifkan firewall. Memasang antivirus ClamAV. Mengatur timezone server. Menyiapkan hosting untuk domain produksi. Keamanan dan Optimasi Keamanan adalah prioritas.Saya mengaktifkan SSL gratis Let’s Encrypt untuk koneksi aman, mengatur backup otomatis, hingga membuat cronjob tanpa menyentuh terminal. Semua ini dilakukan langsung melalui antarmuka aaPanel. Yang menarik, seluruh konfigurasi ini 100% mandiri: Tanpa lisensi berbayar. Tanpa cPanel. Hanya mengandalkan software open-source. Server ini kini menjadi rumah bagi beberapa aplikasi penting.Ringan, cepat, aman, dan mudah dikelola oleh tim internal kampus bahkan bagi mereka yang belum pernah menggunakan terminal Linux sekalipun. Bagi saya, yang dibangun bukan sekadar server. Tapi kemandirian digital yang memberi keleluasaan penuh untuk mengelola infrastruktur tanpa bergantung pada pihak ketiga.
Membangun Wajah Digital IKBIS Website Resmi ikbis.ac.id
Setiap institusi punya cerita. Dan di era digital, cerita itu sering dimulai dari halaman websitenya. Ketika Institut Kesehatan dan Bisnis Surabaya (IKBIS) memutuskan untuk bertransformasi secara digital, mereka membutuhkan sebuah rumah di dunia maya tempat di mana mahasiswa, dosen, calon mahasiswa, dan masyarakat bisa menemukan informasi resmi yang akurat, terstruktur, dan selalu diperbarui. Di situlah saya masuk. Tugas saya sederhana tapi penuh tantangan: membangun sebuah website resmi yang tidak hanya menjadi pusat informasi, tapi juga mencerminkan profesionalitas dan identitas kampus di mata dunia. Saya memilih WordPress sebagai pondasi. Bukan tanpa alasan platform ini fleksibel, mudah dikelola tim internal, dan bisa berkembang seiring kebutuhan kampus. Dari awal, saya membayangkan sebuah halaman depan yang menyambut pengunjung dengan tampilan bersih, informasi jelas, dan navigasi yang intuitif. Berita terbaru, profil institusi, galeri kegiatan, hingga formulir pendaftaran mahasiswa baru all in one place. Tak hanya soal desain, saya memastikan ikbis.ac.id siap bersaing di mesin pencari. Struktur URL dioptimalkan, meta tag diperhatikan, gambar dikompresi, dan desainnya responsif di semua perangkat mulai dari laptop dosen di kantor, hingga ponsel calon mahasiswa di rumah. Beberapa bulan setelah peluncuran, hasilnya mulai terasa. Trafik pengunjung meningkat, terutama di musim penerimaan mahasiswa baru. Website ini menjadi rujukan resmi yang membangun kepercayaan publik, sekaligus menjadi alat promosi digital yang efektif. Bagi saya, ini bukan sekadar proyek web development. Ini adalah bukti bahwa desain yang tepat, teknologi yang tepat, dan strategi SEO yang matang bisa membantu sebuah institusi pendidikan menampilkan citra terbaiknya di era digital. Dan setiap kali saya melihat halaman beranda ikbis.ac.id terbuka, saya tahu… di sanalah wajah digital IKBIS bercerita.
Pendeteksian Dini Pneumonia dengan Web Cerdas Berbasis Case-Based Reasoning
Setiap detik berarti dalam dunia kesehatan. Terlambat beberapa jam saja, sebuah penyakit bisa berubah menjadi ancaman serius. Saya pernah melihat bagaimana pneumonia yang sering dianggap “hanya batuk pilek berat” berakhir tragis karena terlambat terdeteksi. Dari pengalaman itu, saya tahu satu hal: deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa. Itulah titik awal lahirnya Website Deteksi Pneumonia berbasis Case-Based Reasoning (CBR). Sebuah platform yang memungkinkan siapa pun baik masyarakat umum maupun tenaga medis untuk memeriksa indikasi pneumonia secara cepat, akurat, dan langsung dari perangkat mereka. Saya memulai proyek ini dengan satu pertanyaan sederhana:“Bisakah kita membawa proses deteksi awal pneumonia keluar dari ruang rumah sakit, dan menaruhnya di layar ponsel atau laptop?” Jawabannya saya temukan di pertemuan antara teknologi dan kesehatan. Melalui metode Case-Based Reasoning, sistem ini belajar dari kasus-kasus sebelumnya, membandingkannya dengan data gejala yang dimasukkan pengguna, dan memberikan prediksi risiko beserta rekomendasi tindak lanjut semuanya dalam hitungan detik. Tampilan antarmuka saya desain sesederhana mungkin, agar nyaman digunakan semua kalangan. Di balik layar, Laravel menjaga keamanan dan kecepatan sistem, Bootstrap memastikan pengalaman responsif di semua perangkat, dan MySQL menyimpan data kasus dengan handal. Optimasi SEO juga saya terapkan, sehingga siapa pun yang mencari “deteksi pneumonia online” dapat dengan mudah menemukan platform ini. Hasilnya? Masyarakat kini punya akses ke informasi awal tentang pneumonia tanpa harus menunggu antrian di rumah sakit. Tenaga medis mendapat alat bantu triase cepat yang mempermudah pengambilan keputusan awal. Data terkelola rapi, aman, dan selalu dapat diperbarui sesuai perkembangan medis terbaru. Bagi saya, ini bukan sekadar proyek teknologi. Ini adalah bukti bahwa baris-baris kode bisa menjadi alat penyelamat, dan desain yang tepat bisa menjadi jembatan antara pengetahuan medis dan masyarakat luas. Dan setiap kali saya melihat seseorang menggunakan platform ini untuk memeriksa gejala mereka, saya tahu… satu langkah kecil menuju keselamatan telah tercapai.
Meningkatkan Evaluasi Kinerja dengan e-Performance Sistem Digital untuk IKBiS
Di era transformasi digital, kecepatan dan akurasi bukan lagi pilihan mereka adalah keharusan. Saya percaya bahwa teknologi memiliki kekuatan untuk mengubah proses kerja yang rumit menjadi sistem yang efisien, transparan, dan terukur. Tantangan itu muncul ketika Institut Kesehatan dan Bisnis Surabaya (IKBIS) masih menggunakan cara manual untuk evaluasi kinerja pegawai dan dosen. Proses ini memakan waktu lama, rawan kesalahan, dan sulit menelusuri data historis. Dari masalah ini, saya melihat peluang untuk menciptakan Sistem Evaluasi Kinerja berbasis web yang dapat merevolusi cara kerja institusi. Saya memulai dengan memahami kebutuhan semua pihak dari admin, pegawai, dosen, hingga penilai. Hasilnya adalah e-Performance, sebuah aplikasi evaluasi kinerja online yang dibangun khusus untuk menjawab tantangan IKBIS: Akses Role-Based – memastikan setiap pengguna hanya melihat data yang relevan. Input Kinerja Digital – pegawai mengisi indikator sesuai ketentuan. Penilaian & Review Langsung – atasan memberikan evaluasi real-time. Rekap Skor Otomatis – menghitung hasil dengan bobot indikator yang telah disepakati. Laporan Kinerja PDF – siap cetak untuk dokumentasi resmi. Riwayat Penilaian – memantau perkembangan kinerja dari waktu ke waktu. Secara teknis, sistem ini dibangun dengan: Laravel untuk keamanan dan struktur backend yang solid. Bootstrap untuk desain responsif dan user-friendly di desktop maupun mobile. MySQLi untuk pengelolaan database cepat dan stabil. Dampaknya nyata: Proses evaluasi kinerja kini lebih cepat hingga 70%. Tingkat transparansi dan akuntabilitas meningkat signifikan. Penggunaan kertas berkurang drastis mendukung konsep paperless office. Data historis mudah diakses kapan saja untuk pengambilan keputusan strategis. Bagi saya, e-Performance bukan sekadar proyek pengembangan aplikasi. Ia adalah bukti nyata bahwa transformasi digital dapat membawa perubahan positif yang terukur di lingkungan pendidikan. Proyek ini memperkuat portofolio saya di bidang pengembangan sistem informasi berbasis web yang fokus pada efisiensi, akurasi, dan keberlanjutan.